Syarat Peradaban Islam

Sabtu, 06 Agustus 2011

Al-Quran telah meletakkan dasar-dasar pemikiran ilmiah. Caranya dengan memotivasi manusia agar rajin melakukan pengamatan, pengumpulan data, pembuatan kesimpulan dan pengujian terhadap kebenaran kesimpulan tersebut.

Tradisi ilmiah tersebut telah dijalankan secara sungguh-sungguh oleh kaum muslimin terdahulu, sehingga dari sana lahirlah sains dan teknologi. Ketika kaum muslimin sampai di daratan eropa yang saat itu masih diliputi kegelapan, cahaya Islam-peradaban baru-telah menerangi mereka, membangkitkan spirit pemikiran ilmiah dan kajian empirik, yang pada gilirannya mendorong kebangkitan sains modern dan renaissance. Jika kita ingin meraih kejayaan kembali sebagimana yang pernah dirai pendahulu kita, maka jalan satu-satunya adalah menggiatkan dan mentradisikan kembali semangat "ber-iqra" (membaca).
Dengan "membaca" secara benar, tidak saja menghasilkan pengetahuan empirik berupa sains dan teknologi, tetapi sekaligus menghasilkan keimanan yang benar dan keyakinan yang mantap mengenai kebesaran dan kekuasaan Allah swt. "Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS Ali Imran : 191)

Ketika wafat Rasulullah saw tidak meninggalkan monumen berupa gedung yang menjulang sebagai prasastinya, juga bukan candi atau bangunan fisik lainnya. Rasulullah saw hanya meninggalkan dua warisan, yaitu Al-Quran dan As-Sunah. Dengan semangat membaca yang tinggi kedua warisan itu di kaji dan diexplorasi sehingga menghasilkan suatu peradaban baru yang gemilang. Nabi saw memang tidak meninggalkan tahta atau kerajaan, tapi dengan semangat iqra yang tinggi, maka lahirlah iperium yang besar yang mampu menandingi, bahkan menenggelamkan dua imperium yang besar sebelumnnya , yaitu Persia dan Romawi.

Jangan mimpi membangun peradaban Islam, jika kita masih belum memiliki semangat dan spirit yang tinggi untuk senantiasa membaca dan membaca. jangan bermimpi membangun peradaban jika kita sendiri belum memiliki tradisi ilmiah, berdialog, berdiskusi, dan mencari solusi secara kritis konstruktif. Jangan bermimpi membangun peradaban jika kita terlalu gampang mengambil kesimpulan tanpa pengamatan, penelitian, pengumpulan data, serta bukti-bukti yang meyakinkan. Jangan bermimpi membangunperadaban jika pemikiran kita masih dikuasai oleh tahyul, kurafat, ilutif, dan taqlid.

Peradaban Islam yang kita bangun adalah peradaban yang dilandasi semangat iqra. Dari spirit iqra itulah lahir keyakinan dan keimanan yang mendalam tentang kekuasaan Allah. Dari keyakinan itulah lahir manusia-manusiayang tunduk dan taat kepada Allah swt. Dari sanalah kemudian lahir bangunan masjid, tempat kaum muslimin bersujud kepada Allah swt. Masjid pada awalnya tidak saja berfungsi sebagi tempat untuk melaksanakan shalat, tapi mesjid juga berfungsi sebagai madrasah, tempat kaum muslimin menimba ilmu, membagun jiwa, dan mengasah kecerdasan.

Masjid dan Madrasah merupakan dua pilar bangunan peradaban Islam yang utama. Sebenarnya masih ada satu pilar lagi, yaitu kekhalifahan, yang dengannya peradaban Islam menjadi cepat berkembang dan menjadi kokoh dalam kehidupan kemasyarakatan. Melalui tulisan ini saya mengajak kepada seluruh pembaca untuk meneguhkan kembali keyakinan akan lahirnya peradaban Islam melalui budaya dan tradisi Ilmiah. Rasulullah saw bersabda "Sesungguhnya dalam dirimu ada dua halyang dicintaiAllah dan Rasulnya, yaitu: Al-Hilm dan Al-Anah." (HR Muslim)

Menurut Imam Nawawi, Al-Hilm menunjuk pada akal atau pemikiran, sedang Al-Anah mengarah pada emosi, berupa keteguhan dan sikap tidak tergesa-gesa.

sumber : Hidayatullah edisi Mei 2007

0 komentar:

Posting Komentar